Sunday 8 July 2018

Makalah pengolahan minyak

A. Pengertian Minyak
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut/bercampur dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Ada sifat tambahan lain yang dikenal awam: terasa licin apabila dipegang. Dalam arti sempit, kata 'minyak' biasanya mengacu ke minyak bumi (petroleum) atau produk olahannya: minyak tanah (kerosena).  Namun, kata ini sebenarnya berlaku luas, baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya minyak goreng), sebagai bahan bakar (misalnya minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya minyak rem), sebagai medium pemindahan energi, maupun sebagai wangi-wangian (misalnya minyak nilam).
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama.
Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang
Berikut ini pengertian minyak menurut beberapa ahli :
Menurut Sediaoetama (1985), lemak dan minyak merupakan suatu kelompok dari golongan lipid. Lipid sendiri merupakan golongan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti dietil eter, benzena, kloroform, dan heksana. Karena tergolong dalam lipid, maka lemak dan minyak dapat larut juga dalam pelarut-pelarut nonpolar seperti tersebut di atas. Kelarutan lemak dan minyak terhadap pelarut nonpolar tersebut dikarenakan lemak dan minyak mempunyai kepolaran yang sama dengan pelarut tersebut, yaitu nonpolar. Namun, kepolaran suatu senyawa dapat berubah akibat proses kimiawi. Contohnya adalah apabila asam lemak dalam larutan KOH, maka asam lemak akan berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dibanding keadaan asalnya, sehingga memungkinkan asam lemak ini larut dalam air. Perubahan kepolaran ini dapat dinetralkan kembali dengan penambahan asam sulfat encer (10 N) sehingga asam lemak dapat kembali ke keadaan semula yang tidak larut di air melainkan di pelarut nonpolar.
Menurut Poejiadi (1994), penggolongan lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan empat hal. Menurut Poejiadi (1994), lemak dan minyak juga memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan pertama adalah ditinjau dari ikatan rangkap asam lemaknya. Pada lemak, asam lemaknya memiliki sedikit ikatan rangkap (asam lemak jenuh), sedangkan pada minyak, asam lemaknya memiliki banyak ikatan rangkap (asam lemak tak jenuh). Kedua ditinjau dari titik lelehnya. Lemak memiliki titik leleh tinggi, sedangkan minyak memiliki titik leleh rendah. Ketiga ditinjau dari wujudnya. Lemak biasanya berwujud padat pada suhu ruang, sedangkan minyak berwujud cair pada suhu ruang. Keempat ditinjau dari sumbernya. Lemak umumnya berasal dari hewan, sedangkan minyak umumnya dari tumbuhan. Terakhir ditinjau dari reaktifitasnya. Lemak biasanya kurang reaktif sehingga tidak mudah tengik. Sedangkan minyak karena memiliki ikatan rangkap pada asam lemaknya, maka lebih reaktif dan menyebabkan mudah tengik
a. Pertama, berdasarkan kejenuhannya. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan tunggal. Asam lemak jenuh biasanya mempunyai rantai zig-zag yang sesuai satu dengan yang lain, sehingga gaya tarik van der Waals nya tinggi. Akibat gaya tarik yang tinggi itu, maka biasanya asam lemak jenuh berwujud padat. Sebaliknya, asam lemak tak jenuh mempunyai satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak yang mempunyai lebih dari satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya biasanya terdapat pada tumbuhan dan disebut trigliserida tak jenuh ganda atau polyunsaturated yang cenderung berwujud cair seperti minyak. Contoh asam lemak jenuh adalah asam butirat, asam palmitat, dan asam stearat. Contoh asam lemak tak jenuh adalah asam palmitoleat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.
b. Kedua, berdasarkan sifat mengeringnya. Klasifikasi ini terutama untuk minyak. Ada jenis minyak yang tidak mengering (non-drying oil). Biasanya minyak yang tidak mengering ini termasuk tipe minyak zaitun (contoh: minyak zaitun dan minyak kacang), tipe minyak rape (contoh: minyak mustard), dan tipe minyak hewani (contoh: minyak sapi). Ada jenis minyak yang setengah mengering (semi-drying oil). Minyak ini mempunyai daya mengering yang lebih lambat, contohnya minyak biji kapas dan minyak bunga matahari. Ada juga minyak yang mengering (drying oil). Minyak ini dapat mengering jika terkena reaksi oksidasi dan dapat berubah menjadi lapisan tebal yang kental dan membentuk seperti selaput apabila dibiarkan di udara terbuka. Contohnya minyak kacang kedelai dan minyak biji karet.
c. Ketiga, berdasarkan sumbernya. Ada yang berasal dari tanaman (lemak dan minyak nabati), yang umumnya berasal dari biji-biji palawija (contohnya minyak jagung), kulit buah tanaman tahunan (contohnya minyak kelapa sawit), dan biji-biji tanaman tahunan (contohnya minyak kelapa). Ada pula yang berasal dari hewan (lemak dan minyak hewani), yang umumnya berasal dari susu hewan peliharaan, daging hewan peliharaan, serta dari hasil laut (contohnya minyak ikan).
d. Keempat berdasarkan kegunaannya. Penggolongan ini juga terutama untuk minyak. Secara umum dibagi tiga golongan, yaitu minyak mineral (minyak bumi) yang digunakan sebagai bahan bakar, minyak nabati atau hewani untuk bahan makanan manusia, serta minyak atsiri (essential oil) untuk obat-obatan. Minyak atsiri ini mudah menguap pada suhu ruang sehingga sering disebut minyak terbang.

B. Sejarah Penemuan Minyak Bumi di Dunia
Minyak bumi diperkirakan pertama kali ditemukan pada 5000 tahun SM oleh bangsa Asyiria, Sumeria, dan Babilonia kuno. Cara mendapatkan minyak bumi tersebut tidak dilakukan dengan cara pemboran yang sama dengan era saat ini, akan tetapi bangsa-bangsa tersebut memperoleh minyak bumi dengan mengambilnya di permukaan bumi karena minyak bumi tersebut merembes sampai ke permukaan. Bangsa-bangsa tersebut memanfaatkan minyak bumi sebagai obat luka, pencahar, atau pembasmi kutu. Namun, ada sumber yang belum diketahui dengan tepat mengatakan bahwa minyak bumi pertama kali ditemukan di Timur Tengah (Parsi kuno/Iran) sebagai rembesan yang muncul ke permukaan. Diperkirakan juga bahwa Nabi Nuh AS juga menggunakan minyak bumi yang merembes di permukaan yang berbentuk asphalt atau teer untuk menambal perahunya agar tidak kemasukan air.
Seiring perkembangan jaman, Pada abad pertama, bangsa Arab dan Persia berhasil menemukan teknologi destilasi minyak bumi. Destilasi ini menghasilkan minyak yang mudah terbakar. Semenjak itulah minyak digunakan sebagai bahan bakar. Minyak bumi sebagai bahan bakar juga muncul pada zaman Harun Al Rasyid dengan nama Naphta. Pada zaman berikutnya muncul gas bumi yang muncul ke permukaan pertama kali dan terbakar, sehingga pada waktu itu muncul agama yang menyembah api yang menganggap itu adalah api abadi (Majusi). Beberapa abad kemudian bangsa Spanyol melakukan eksplorasi minyak bumi di wilayah yang sekarang bernama Kuba, Meksiko, Bolivia, dan Peru. Pada pertengahan abad ke-19, mansyarakat Amerika Utara dan Eropa menggunakan minyak tanah atau minyak batu-bara sebagai bahan bakar untuk penerangan.
Seiring perkembangan zaman, mesin yang semula digerakkan dengan tenaga manusia dan hewan, mulai berganti menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Setelah James Watt menemukan mesin uap pertama kali yang memunculkan revolusi industri, masyarakat luas mulai memburu minyak bumi sebagai sumber energi, karena dianggap praktis dan tidak merepotkan. Perkembangan selanjutnya, mulailah dilakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Lalu ditemukanlah minyak bumi yang berbentuk cair yang berasl dari proses pengendapan fosil-fosil selama berabad-abad di dalam bumi. Minyak bumi ini memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai bahan bakar yang mudah dipakai sebagai sumber energi.
Sebelumnya pada tahun 1794, Haquet mengemukakan teorinya bahwa minyak bumi berasal dari daging atau zat organik seperti kerang dan moluska, hal ini didasari bahwa biasanya batuan yang mengandung minyak bumi biasanya mengandung fosil binatang laut. Pengeboran minyak bumi pertama kali tercatat dilakukan di Pennsylvania, Amerika, tahun 1859, di tambang milik Edwin L. Drake yang merupakan pelopor industri minyak bumi dunia. Mulai abad ke-19, industri minyak yang modern muncul di AS dan disusul oleh negara-negara di Eropa yang selanjutnya diusahakan secara komersil.
Von Humbold da Gay Lussac (1805), memperkirakan bahwa minyak bumi berhubungan dengan aktivitas gunung api. Ide tersebut juga dikemukakan oleh ahli geologi Perancis, Virlet d' Aoust (1834), teori ini didasarkan bahwa sering kali minyak bumi ditemukan bersama-sama dengan lumpur gunung api. Sir William Logan (1842), menghubungkan rembesan minyak bumi dengan struktur antiklin dan ini merupakan pengamatan pertama kali yang dilakukan terhadap hubungan rembesan dengan antiklin. Tahun 1847 di Glasgow, Inggris, pertama kali ditemukan suatu cara mengolah minyak bumi menjadi minyak lampu, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti lilin sebagai sumber penerangan utama saat itu, dan pada saat itu dengan penemuan tersebut maka minyak bumi merupakan bahan utama yang banyak dicari oleh para pengusaha.
Tahun 1859 merupakan munculnya pertama kali industri minyak bumi. Salah satu proyek pada saat itu dilakukan pengeboran minyak bumi dan ditemukan pada kedalam 69 ft di daerah Tutisville, negara bagian AS. Pada akhir abad 19, pencarian minyak bumi telah menyebar di luar AS, terutama Amerika Latin (Meksiko) pada tahun 1890 dan Eropa Timur (Romania dan Rusia) serta mencapai wilayah Asia (Burma dan Indonesia). Eksplorasi di Timur Tengah pada tahun 1919 dan tahun 1927 dilakukan pemboran minyak bumi pertama kali dan ditemukan lapangan minyak Kirkuk dengan produksi minyak bumi mencapai 100.000 bpd. Pada tahun 1939 juga ditemukan beberapa lapangan minyak bumi raksasa di Saudi Arabia. Pada tahun 1960 di Kuwait, dilakukan pencarian minyak bumi di lepas pantai. Berkembangnya teknologi yang ada saat ini, menyebabkan perkembangan sarana dengan menggunakan bahan bakar minyak bumi juga ikut berkembang, contohnya kendaraan bermotor. Perkembangan ini juga menyebabkan pemisahan jenis bahan bakar minyak yang semakin beragam. Crude oil atau minyak mentah didestilasi menjadi beberapa fraksi bahan bakar seperti bensin, solar, minyak tanah, hingga aspal.

C. Jenis -Jenis Minyak
Dilihat dari asalnya terdapat dua jenis atau golongan besar minyak yaitu yang di hasilkan tumbuh-tumbuhan (minyak nabati), hewani (minyak hewani), dan minyak yang diperoleh dari kegiatan penambangan (miyak bumi).
1. Minyak Tumbuhan dan Hewan
Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid. Dari susut pandang kimia, minyak jenis ini sama saja dengan lemak. Minyak yang dibedakan dari lemak berdasarkan sifat fisiknya pada suhu ruang, ada yang berwujud cair dan padat. Penyusunnya bermacam-macam tetapi banyak dimanfaatkan orang hanya yang dari dua golongan saja yaitu :
a) Gliserida atau asam lemak, yang mencakup minyak makanan ( minyak sayur dan minyak ikan), bahan baku industri sabun, bahan campuran minak pelumas, dan bahan baku biodiesel. Golongan ini biasnaya bewujud padat atau cair pada suhu ruang tetapi tidak mudah menguap.
b) Terpena dan terpenoid, yang dikenal sebagai minyak atsiri, minyak esteris, minyak esensial (bukan asam lemak esensial), merupakan bahan dasar wangi-wangian (parfum), dan minyak gosok. Golongan ini praktis semuanya berasal dari tumbuhan yang dianggap memiliki khasiat penyembuhan (aromaterapi). Kelompok minyak ini memiliki aroma yang kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu ruang, sehingga disebut juga dengan minyak aromatic.
2. Minyak bumi
Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat organik, tetapi komponen pokonya adalah hidrokarbon. Minyak bumi disebut juga minyak mineral kerana diperoleh dalam bentuk campuran dengan mineral lain. Minyak bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langusng dari hewan atau tumbuhan, melainkan dari fosil. Karena itu, minyak bumi dikatakan sebagai salah satu dari bahan bakar fosil. Beberapa ilmuan menyatakan bahwa minyak bumi merupakan zat abiotik yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi merupakan zat anorganik yang dihasilkan secara alami didalam bumi. Namun, pandangan ini diragukan secara imiah karena hanya memiliki sedikit bukti yang mendukung.

D. Pengolahan berbagai Jenis Minyak
1) Minyak Mentah
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip. Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai berikut:


1. Destilasi
Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan daN turun ke bawah, sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan disebut LPG (Liquified Petroleum Gas). Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah lebih dari 20.
Minyak mentah yang telah melalui proses desalting kemudian diolah lebih lanjut dengan proses distilasi bertingkat, yaitu cara pemisahan campuran berdasar perbedaan titik didih. Fraksi-fraksi yang diperoleh dari proses distilasi beringkat ini adalah campuran hidrokaron yang mendidih pada interval (range) suhu tertentu. proser distilasi bertingkat dan fraksi yang dihasilkan dari distilasi bertingkat tesebut dapat digambarkan sebagai berikut.


Diagram menara fraksionasi (destilasi bertingkat) untuk penyulingan minyak bumi. Pandangan irisan menunjukkan bagaimana fasa uap dan cairan dijaga agarselalu kontak sau sama lain, sehingga pengembunan dan penyulingan berlansung  menyeluruh sepanjang kolom
Fraksi-fraksi Hidrokarbon Yang Dihasilkan Dari Proses Destilasi Bertingkat

2. Cracking
Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan (refinery), Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :
a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :


b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.




3. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :


Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam lempung.Contoh reaksinya :


4. Alkilasi dan Polimerisasi
Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara umum adalah sebagai berikut:
RH + CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R” 
Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :
M CnH2n Cm+nH2(m+n)

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.


5. Treating
Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :
Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas dengan pour point yang rendah.
Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk minyak pelumas
Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.
5. Blending
Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk tersebut. Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh hasil minyak bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar 22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya. Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas, agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi dapat menimbulkan pencemaran udara.
2) Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak dalam kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90% diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak kelapa yang belum dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (< 5%) dan sedikit protein dan karoten. Sterol berfungsi sebagai stabilizer dalam minyak dan tokoferol sebagai antioksidan (Ketaren, 1986). Setiap minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri yang sangat ditentukan oleh struktur asam lemak pada rangkaian trigliseridanya . Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C8 – C14), khususnya asam laurat dan asam meristat. Adanya asam lemak rantai sedang ini (medium chain fat) yang relatif tinggi membuat minyak kelapa mempunyai beberapa sifat daya bunuh terhadap beberapa senyawaan yang berbahaya di dalam tubuh manusia. Sifat inilah yang didayagunakan pada pembuatan minyak kelapa murni (VCO, virgin coconut oil)
Secara garis besar proses pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan dengan dua cara:
a. Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa segar, atau dikenal dengan proses basah. Untuk menghasilkan minyak dari proses basah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Cara Basah Tradisional
2. Cara Basah Fermentasi
3. Cara basah Sentrifugasi
4. Cara Basah dengan Penggorengan

b. Minyak kelapa diekstrak dari daging kelapa yang telah dikeringkan (kopra) atau dikenal proses kering. Untuk menghasilkan minyak dari proses basah dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: Ekstraksi secara mekanis (cara pres) dan Ekstraksi menggunakan Pelarut

Pengolahan Minyak Kelapa Cara Basah
Pembuatan minyak dengan cara basah dapat dilakukan melalui pembuatan santan terlebih dahulu atau dapat juga di pres dari daging kelapa setelah digoreng. Santan kelapa merupakan cairan hasil ekstraksi dari kelapa parut dengan menggunakan air. Bila santan didiamkan, secara pelan-pelan akan terjadi pemisahan bagian yang kaya dengan minyak dengan bagian yang miskin dengan minyak. Bagian yang kaya dengan minyak disebut sebagai krim, dan bagian yang miskin dengan minyak disebut dengan skim. Krim lebih ringan dibanding skim, karena itu krim berada pada bagian atas, dan skim pada bagian bawah.
1). Cara Basah Tradisional
Cara basah tradisional ini sangat sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang biasa terdapat pada dapur keluarga. Pada cara ini, mula-mula dilakukan ekstraksi santan dari kelapa parut. Kemudian santan dipanaskan untuk menguapkan air dan menggumpalkan bagian bukan minyak yang disebut blondo. Blondo ini dipisahkan dari minyak. Terakhir, blondo diperas untuk mengeluarkan sisa minyak.
2). Cara Basah Fermentasi
Cara basah fermentasi agak berbeda dari cara basah tradisional. Pada cara basah fermentasi, santan didiamkan untuk memisahkan skim dari krim. Selanjutnya krim difermentasi untuk memudahkan penggumpalan bagian
bukan minyak (terutama protein) dari minyak pada waktu pemanasan. Mikroba yang berkembang selama fermentasi, terutama mikroba penghasil asam. Asam yang dihasilkan menyebabkan protein santan mengalami penggumpalan dan mudah dipisahkan pada saat pemanasan. Tahapan proses cara fermentasi (Ristek, 2001) adalah sebagai berikut:
a) Daging buah kelapa diparut. Hasil parutan (kelapa parut) dipres sehingga mengeluarkan santan. Ampas ditambah dengan air (ampas : air = 1 : 0,2) kemudian dipres lagi. Proses ini diulangi sampai 5 kali. Santan yang diperoleh dari tiap kali pengepresan dicampur menjadi satu.
b) Santan dimasukkan ke dalam wadah pemisah skim selama 12 jam, akan terjadi pemisahan skim pada bagian bawah dan krim pada bagian atas. Setelah terjadi pemisahan, kran saluran pengeluaran dari wadah pemisah dibuka sehingga skim mengalir keluar dan menyisakan krim. Kemudian krim ini dikeluarkan dan ditampung pada wadah terpisah dari skim.
c) Krim dicampur dengan ragi tapai (krim : ragi tapai = 1 : 0,005, atau 0,05%). Selanjutnya, krim ini dibiarkan selama 20-24 jam sehingga terjadi proses fermentasi oleh mikroba yang terdapat pada ragi tapai.
d) Krim yang telah mengalami fermentasi dipanaskan sampai airnya menguap dan proteinnya menggumpal. Gumpalan protein ini disebut blondo. Pemanasan ini biasanya berlangsung selama 15 menit.
e) Blondo yang mengapung di atas minyak dipisahkan kemudian dipres sehingga mengeluarkan minyak. Minyak ini dicampurkan dengan minyak sebelumnya, kemudian dipanaskan lagi selama 5 menit.
f) Minyak yang diperoleh disaring dengan kain kasa berlapis 4. Kemudian minyak diberi BHT (200 mg per kg minyak).
g) Minyak dikemas dengan kotak kaleng, botol kaca atau botol plastik.


3) . Cara Basah (Lava Process)
Cara basah lava process agak mirip dengan cara basah fermentasi. Pada cara ini, santan diberi perlakuan sentrifugasi agar terjadi pemisahan skim dari krim. Pada proses sentrifugasi, santan diberi perlakuan sentrifugasi pada kecepatan 3000-3500 rpm. Sehingga terjadi pemisahan fraksi kaya minyak (krim) dari fraksi miskin minyak (skim). Selanjutnya krim diasamkan,
Selanjutnya krim diasamkan dengan menambahkan asam asetat, sitrat, atau HCI sampai pH4. Setelah itu santan dipanaskan dan diperlakukan seperti cara basah tradisional atau cara basah fermentasi, kemudian diberi perlakuan sentrifugasi sekali lagi untuk memisahkan minyak dari bagian bukan minyak. Skim santan diolah menjadi konsentrat protein berupa butiran atau tepung.
4). Cara Basah dengan Penggorengan
Pengolahan minyak dengan cara penggorengan, proses ekstraksi minyak dilakukan dari hasil penggilingan atau parutan daging kelapa dengan langkah sebagai berikut.
3) Minyak Kemiri
Minyak kemiri termasuk kelompok minyak mengering (drying oil). Bagian buah (biji) mengandung minyak sebesar 55-65 persen, dan kadar minyak dalam tempurung sebesar 60 persen. Asam lemak yang terkandung dalam minyak terdiri dari 55 persen asam palmitat, 6,7persen stearat, 105 persen oleat, 48,5 persen linoleat dan 28,5 persen linolenat. Asam lemak palmitat dan stearat termasuk golongan asam lemak jenuh, sedangkan asam oleat, linoleat danlinolenat termasuk golongan asam lemak tak jenuh (Ketaren, 2008). Lemak dan minyak dapat diperoleh dari ekstraksi jaringan hewan atau tanaman dengan tigacara, yaitu rendering, pengepresan (pressing), atau dengan pelarut.

a. Rendering
Rendering  merupakan  suatu  cara  yang  sering  digunakan  untuk  mengekstraksi  minyak hewan dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan dengan air panas (wetrendering). Lemak akan mengapung di permukaan sehingga dapat dipisahkan. Pemanasan tanpa air biasanya dipakai untuk mengekstraksi minyak babi dan lemak susu. Secara komersial rendering dilakukan dengan menggunakan ketel vakum. Protein akan rusak oleh panas dan air akan menguap sehingga lemak dapat dipisahkan (Winarno, 1991). Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang didugamengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi. Penggunaan panas bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak  yang terkandung didalamnya.  Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu wet rendering dan dry rendering. Wet cara, yaitu rendering, pengepresan (pressing), atau dengan pelarut.
b. Pengepresan mekanis
 merupakan suatu cara kestraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis yaitu pengepresan hidrolik (hydraulic pressing) dan pengepresan berulir (screw pressing).
Pengepresan hidrolik (hydraulic pressing)
Pada cara hydraulic pressing, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 lb/in2. Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang digunakan serta kandungan minyak dalam bahan. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik.
Pengpresan berulir (screw pressing)
Cara screw pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 240ºF dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen. Cara lain untuk mengekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak adalah gabungan dari proses wet rendering dengan pengepresan secara mekanik atau dengan sentrifusi


c. Pelarut
Cara ekstraksi ini dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut dan digunakan untuk bahan yang kandungan minyaknya rendah. Lemak dalam bahan dilarutkan dengan pelarut. Cara ini kurang efektif, karena pelarut mahal dan lemak yang diperoleh harus dipisahkan dari pelarutnya dengan cara diuapkan. Ampasnya harus dipisahkan dari pelarut yang tertahan, sebelum dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak (Winarno,1991).
E. Perbedaan Beberapa Jenis Minyak yang baik untuk Memasak
Minyak goreng dapatmempengaruhi kandungan gizi dari makanan tersebut, terutama dari segi kalori dan reaksinya. Andalah yang memilih jenis minyak apa yang akan digunakan untuk memasak. Ketika memasak pada suhu tinggi harus menggunakan minyak yang stabil terhadap pemanasan dan tidak mengalami oksidasi. Apabila minyak mengalami oksidasi, maka akan merubah reaksi oksidasi menjadi radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh.
Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal, asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) memiliki satu ikatan rangkap, dan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA) memiliki dua ikatan rangkap atau lebih. Ikatan rangkap inilah yang membuat minyak menjadi reaktif atau sensitif terhadap pemanasan, sehingga minyak dengan kandungan PUFA tinggi harus menghindari pemanasan. Salah satu minyak yang dapat digunakan adalah minyak kelapa sawit, minyak kelapa, olive oil dan minyak sayur. Di antara minyak-minyak tersebut, minyak kelapa merupakan minyak yang paling baik untuk memasak. Berikut alasannya:
1. Minyak Kelapa
Jika memasak pada suhu tinggi, minyak kelapa adalah pilihan terbaik. Minyak kelapa mengandung asam lemak jenuh 92%, MUFA 6%, dan PUFA 1,6%.Selama ini banyak yang menganggap minyak kelapa kurang baik untuk digunakan karena kandungan asam lemak jenuhnya yang sangat tinggi. Banyak yang menganggap bahwa asam lemak jenuh dapat menyebabkan peningkatan kolesterol dan memicu penyakit jantung. Namun, penelitian terbaru tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asam lemak jenuh dengan penyakit jantung. Minyak kelapa kerap dianggap sebagai salah satu “superfood” yang banyak memiliki manfaat bagi kesehatan.
Beberapa manfaat minyak kelapa bagi kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak yang berbeda dengan minyak lainnya.
Minyak ini memiliki kandungan asam lemak jenuh mencapai 90%. Hal inilah yang membuat minyak ini tahan terhadap oksidasi atau pemanasan pada suhu tinggi, sehingga mencegah terbentuknya lemak trans yang tidak baik bagi kesehatan. Karena alasan tersebutlah yang membuat minyak ini menjadi “healthiest oil for cooking.”
b. Minyak kelapa dapat menurunkan berat badan.
Hal ini disebabkan asam lemak pada minyak kelapa merupakan jenis asam lemak rantai sedang (Medium Chain Triglycerides/MCT) yang dapat langsung diserap di saluran pencernaan manusia, sehingga dapat meningkatkan metabolisme tubuh. Penurunan berat badan disebabkan karena hal berikut:
Menurunkan berat badan adalah masalah pada kalori yang masuk dan kalori yang keluar. Apabila Anda bisa membatasi kalori yang masuk dan meningkatkan kalori yang keluar, akan terjadi penurunan berat badan. Minyak kelapa dapat membuat Anda makan lebih sedikit, karena dapat menurunkan rasa lapar. Hal ini dikarenakan MCT terbukti dapat meningkatkan rasa kenyang dan otomatis dapat menekan asupan kalori yang masuk.
c. Minyak kelapa juga kaya akan asam laurat. Asam laurat dapat diubah menjadi monolaurin dalam tubuh. Asam laurat ini juga terdapat pada ASI yang dapat melawan mikroba berbahaya bagi tubuh, seperti bakteri, jamur dan virus, sehingga dapat meningkatkan sistem imun tubuh.
d. Minyak kelapa dapat diubah menjadi badan keton di Hati. Badan keton ini dapat menyediakan energi untuk otak, sehingga dapat mencegah terjadinya epilepsi atau masalah lain pada otak.
e. Minyak kelapa dapat memperbaiki profil darah. Konsumsi minyak kelapa dapat menurunkan total kolesterol, LDL dan trigliserida, serta dapat meningkatkan kolesterol HDL.
f. Minyak kelapa juga memiliki manfaat bagi kecantikan. Dengan mengonsumsi minyak kelapa, dapat mencegah kerusakan rambut, memberikan kelembaban kulit dan berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari
2. Butter
Banyak terdiri dari asam lemak jenuh 68%, MUFA 28% dan PUFA 4%. Namun, sebenarnya tidak perlu takut dengan “real butter” karena lemak yang terkandung di dalamnya adalah lemak yang bisa disebut baik asalkan tidak dikonsumsi berlebih.Real butter baik untuk kesehatan dan kaya akan kandungan gizi seperti vitamin A, D, E, dan K. Selain itu juga kaya akan asam lemak linoleat dan butirat, dimana keduannya memiliki manfaat bagi kesehatan.Asam lemak linoleat dapat menurunkan persentasi lemak tubuh, sedangkan butirat dapat mencegah peradangan, meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya obesitas.
3. Olive Oil
Olive oil atau yang dikenal dengan minyak zaitun diketahui baik untuk kesehatan. Minyak ini dapat meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan jumlah kolesterol LDL pada darah. Di dalam olive oil mengandung asam lemak jenuh sebesar 14%, MUFA 75% dan PUFA 11%.
Penelitian menunjukkan bahwa olive oil mengandung asam lemak rantai ganda yang cukup rentan terhadap pemanasan, sehingga sebaiknya olive oil tidak digunakan untuk memasak.
4. Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit mayoritas terdiri dari asam lemak jenuh dan MUFA, dengan sedikit PUFA. Minyak ini tidak boleh digunakan secara berulang-ulang karena dapat merubah ikatannya menjadi lemak trans.
Namun, saat ini banyak minyak kelapa sawit yang mengalami proses pengolahan yang tinggi, seperti refined, bleached, dan deodorized (RBD). Proses pengolahan yang tinggi ini memang membuat minyak kelapa sawit terlihat lebih menarik, namun hal ini tidak baik bagi kesehatan. Jadi berhati-hatilah dalam memilih minyak kelapa sawit.
5. Minyak Kacang
Saat ini sangat banyak minyak kacang yang dapat digunakan dan rasanya pun cukup baik. Namun, minyak ini kaya akan asam lemak PUFA, sehingga sebaiknya jangan digunakan untuk memasak.
6. Minyak Sayur
Minyak ini juga mengalami proses pengolahan yang tinggi dan seringkali hasil dari minyak daur. Bukan hanya tidak baik untuk memasak, namun sebaiknya minyak ini juga dihindari karena dapat membuat Anda terserang penyakit yang serius, seperti penyakit jantung dan kanker. Beberapa jenis minyak yang tergabung dalam minyak sayur adalah minyak jagung, minyak bekatul, minyak kanola, minyak sunflower dan minyak safflower.





















0 comments:

Post a Comment